Pages

Monday, November 28, 2011

Pena


Kau tahu pena, kawan? Tentu tahu! Tidak ada yang tidak tahu benda yang satu itu. Pena sudah kita genggam dengan seribu cara untuk seribu guna sejak kita masih duduk di bangku SD, bahkan TK. Hanya orang bodoh saja yang tidak kenal pena. Tapi, apa bisa dikatakan pintar jika seseorang masih belum tahu keluarbiasaan pena? Mungkin bisa, mungkin tidak; tapi tak apa. Jika ada yang belum tahu, di sini saya sedikit berbagi tentang keluarbiasaan pena yang nyatanya lebih dahsyat dari senjata manapun di dunia.
Seorang prajurit dengan senjatanya mampu mengoyak tembok, besi, hingga tubuh musuhnya oleh peluru-peluru atau oleh bayonet. Lebih dari itu, zaman sekarang sebuah negara dilengkapi lebih dari sekedar senjata api untuk mempertahankan kedaulatannya, tapi juga nuklir, roket, dan sebagainya yang serba mematikan. Pertanyaannya, apakah seluruh senjata itu benar-benar mematikan?
Sebuah peluru mampu membunuh seorang manusia dan hewan oleh rasa sakit yang sangat, untuk kemudian mati. Nuklir dan roket selain membunuh juga amat menghancurkan. Tapi apa kehebatan dari semua itu, jika sesudahnya segala yang telah dihancurkannya dapat lahir dan berdiri lagi? Dan bagaimana dengan pena? Marilah kita lihat yang tersirat pada kemampuan pena, yang biasanya hancur jika dibuat untuk menusuk orang.
Apakah sebuah senjata api mampu menembus bumi? Apakah sang mengerikan ‘nuklir’ juga mampu menembus bumi? Bagaimana dengan pena, apakah pena dapat menembus bumi? Nuklir dan senjata api sama sekali tidak bisa menembus bumi, tapi pena bisa dengan caranya sendiri. Sebuah pena dapat mengukir segala yang dilakukannya di atas sebuah kertas, entah itu berupa aktifitasnya menyelami bumi, lautan, atau mengamati luar angkasa, hingga memaparkan mengenai sebuah atom.
Selain itu, kawan, pena juga mampu menjadi senjata yang amat mematikan di dunia ini. Ia tidak membunuh, ia tidak melukai, tapi ia meracuni pikiran manusia dengan invasi-invasi yang dilakukan oleh para penulis jahat. Dengan sebuah pena, seorang penulis mampu memporak-porandakan sebuah negara seperti yang terjadi di Indonesia saat ini.
Orang-orang barat dan sejenisnya telah menyesali kebodohan mereka dalam melakukan serangan-serangan militer terhadap negara-negara Islam, seperti yang pernah mereka lakukan pada perang salib; yang hasilnya merugikan diri sendiri. Kesadaran mereka, membuat mereka menempuh cara lain, yakni dengan menginvasi pemikiran umat Islam dengan sebuah pena yang telah menyulap sebuah kertas bersih menjadi sebuah buku yang mematikan. Hasil dari ulah pena itu dapat bertahan berabad-abad lamanya dan mendarah daging, berbeda dengan yang dilakukan oleh nuklir, yang sekali ditembakkan ke sebuah kota, maka setahun kemudian kota tersebut sudah bisa pulih lkembali.
Ghazwul fikri merupakan suatu istilah yang menunjukkan betapa bejatnya orang-orang yang menginvasi pemikiran kaum muslimin, sekaligus juga menunjukkan betapa tajamnya pena dalam melakukan serangan. Betapa buasnya benda tersebut. Jika senjata dibalas senjata, maka pena harus dibalas dengan pena juga. Untuk itu, sudah saatnya kini seluruh umat Islam dan rakyat Indonesia secara umum, memanfaatkan pena sebagai benda sakti yang mampu ‘merobek-robek dunia’, menyingkap kembali fakta, ‘merubuhkan dinding lawan’, dan sebagainya yang dapat dilakukan lagi.
Gunakanlah pena sebagai penawar dari segala racun yang  ditimbulkan oleh pena-pena manusia jahat. Mari melakukan kombat, debat pena, dan jadikanlah pena tersebut sebagai sebuah senjata yang lebih tajam dari samurai, lebih cepat dari peluru, dan lebih membangun segala tatanan moral yang telah rusak atau sama sekali belum ada…[]

"Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah!"
(Chairil Anwar, Deru Campur Debu : Catetan Th. 1946)
Penulis: satria Winarah

0 komentar: