Pages

Wednesday, May 25, 2011

??????????

Menunggu



Saat ini saya sedang menunggu buah dari usaha-usaha yang telah saya lakukan, dan saya tak tahu kapan saya bisa memetiknya. Saya yakin Anda pernah mengalaminya, atau mungkin malah sedang merasakan hal yang sama. Kadang kita bertanya, kenapa hasil / kesuksesan yang kita harapkan tidak kunjung datang? Apa yang salah dari apa yang telah kita lakukan?

Sebuah pengalaman yang pernah saya ketahui di kehidupan sehari-hari seperti ini........................................
---
 
 
Anang, seorang remaja SMP negeri di sebuah desa Arakan, sedang pergi ke pusat pembelanjaan di kota. Disana dia melihat-lihat jam tangan terbaru yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Saat itu dia sangat menginginkan jam tangan tersebut. Dengan sangat memaksa, dia meminta ibunya saat itu untuk membelikan jam tangan tersebut.

“Ibu, bisakah aku memilikinya? Bisakah?”

Ibunya kemudian melihat jam tangan tersebut, lalu kembali melihat mata biru dan rasa haus yang memancar dengan penuh harap.

“Harganya Rp.30.000. Jika kau memang mau, kau bisa menabung sendiri untuk membelinya. Ulang tahunmu tinggal seminggu lagi dan mungkin kakek akan memberimu uang.”
 
Segera setelah Anang sampai di rumah, ia mengeluarkan isi tabungannya dan mendapati uang sebanyak Rp. 5.000. Setelah shalat maghrib, dia langsung menemui ustadznya dan meminta beliau agar memberinya imbalan atas prestasi yang telah ia buat selama ini di Mushalla tempat dia menuntut ilmu agama. Di hari ulang tahunnya, kakek memberikan uang sebanyak Rp.10.000 yang baru, sehingga ia bisa membeli jam tangan tersebut. 

Anang sangat menyukai permainan yang ia beli karena hal itu bisa membuatnya tampil lebih fresh, bersemangat dan tidak telat. Bahkan saat tidur pun jam tangan itu tetap berada di tangannya. Dia hanya melepas jam tersebut saat berenang dan mandi karena jam tersebut tidak boleh kena air dan bisa menjadi rusak.

Anang memiliki sebuah keluarga yang harmonis meski tanpa memiliki seorang ayah yang telah lama  meninggalkan keluarga mereka. Setiap malam, setelah belajar, pasti diadakan sebuah forum keluarga mengenai keadaan keluarga sekarang. Anang memiliki keluarga yang ramah, penyanyang, dan penuh keterbukaan. Suatu malam, ketika forum itu selesai, Ibu menyakan sesuatu kepada Anang.

“Apakah kau menyayangi ibu?”

“Tentu saja ibu, kau tahu itu.”

“Kalau begitu berikanlah jam itu pada ibu.”

“Ibu, jangan jam tanganku. Tapi ibu bisa memiliki sepeda, dan maianan lain dari koleksiku. Terutama, boneka One Piece, yang ibu belikan untukku dan yang paling kusukai itu, Ibu ingat khan?."

“Baiklah, sayang.”

Anang lalu menyalami ibunya. Seminggu kemudian, setelah forum, Ibu Anang bertanya lagi.

“Apakah kau menyayangi ibu?”

“Tentu saja ibu, kau tahu itu.”

“Kalau begitu berikanlah jam tangan itu pada ibu.”

“Ibu, jangan jam tangannku. Tapi ibu bisa memiliki bonekaku dan ibu bisa memiliki sepeda yang cocok dengan ibu.”

“Baiklah, tak apa. Selamat tidur, Tuhan memberkatimu, anakku. Ibu sayang padamu.”

Seperti biasa, Anang menyalami ibunya terlebih dahulu setelah forum itu selesai. Beberapa hari kemudian ketika ibunya mamu memulai forum, Anang sedang duduk termenung di sampingnya. Ketika ibunya mendekat, ia melihat mata anaknya berkaca-kaca dan air mata membasahi pipinya.

“Ada apa?”

Anang tak berkata apapun, tapi ia mengangkat tangan kecilnya. Ketika ia membuka genggamannya, jam tangan itu ada di dalamnya. Dengan nada suara gemetar, ia berkata,

“Ini ibu, ini untukmu.”

Dengan air mata di pelupuk, ibu Anang mengambil jam tersebut dengan satu tangannya, sementara dengan tangan yang satu lagi, ia mengambil sebuah kotak berwarna biru dengan jam tangan asli dari dalam kantungnya.

Ibu Anang selalu menyimpan jam tangan tersebut. Ia hanya menunggu anaknya untuk menyerahkan jam tangan tiruan miliknya untuk menukarnya dengan jam tangan asli.

Apa yang Anda simpan sehingga Tuhan menunda pemberian-Nya? Kepercayaan apa yang menghambat Anda?

---

Tuhan mungkin menunggu akan sesuatu yang seharusnya kita lakukan, tapi kita menahannya.


Gambar: vagabondish.com pearljewelrysource.com

0 komentar: