Masih berada di tengah-tengah kesibukan praktikum, final project, laporan KP, proposal TA, laporan TA dan kawan-kawannya yang menghantui pikiran, alhasil diputuskan untuk me-refresh dan meng-upgrade pikiran. Dengan berbekal tas secukupnya, tanggal 7 Desember 2012 tepat pukul 20.30 WIB, start perjalanan dari Keputih Gang Makam E29.
Jalan-jalan ini bertujuan ke Taman Nasional Baluran, yang telah dikenal dengan sebutan Africa van Java. Kenapa demikian??? ikuti saja terus ceritanya ya.. semoga tidak bosen :D
Kawasan TN Baluran ini terletak di desa Banyuputih, Kabupaten Situbondo, sekitar 28 Km dari pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Anggota tim kali ini adalah Ganda, Faia, Riska, Nursinggih, Herdian, Hak, Ola, Erna, Sustia, Nibras, Devi, Ewing, Fauzi, Fendi dan tentu saja Aku juga termasuk di dalamnya.
Rencana perjalanan awal kami, seperti yang telah disusun oleh saya dan si pemilik ijenminertour (sponsor utama acara ini, Ganda) adalah menuju desa Asembagus, Situbondo terlebih dahulu untuk menginap dirumahku. Target tempat wisata yang dikunjungi adalah Padang Savana, Menara, Sumur Tua, Lubang Buaya terakhir adalah Pantai Bama.
Perjalanan ini kami lakukan dengan mengendarai 2 buah mobil. Rute perjalanan cukup singkat dan mudah dilewati( Surabaya-Pasuruan-Probolinggo-Situbondo ). Dari ke-15 orang ini, hanya 2 orang yang bisa nyetir, alhasil dari keberangkatan hingga sampai tujuan, supir tetap setia menemani yaitu si Ola dan Herdian. Di perjalanan, kami dikagetkan dengan Panorama dari PLTU Paiton (sakjane uduk panorama, tapi hiasan lampu Paiton di malah hari, heee) yang terlihat sangat indah dengan lampu-lampunya di malam hari.
Sampai di rumahku (kalau gak selah sekitar jam 3.30 WIB), kamipun beristirahat. Di pagi harinya kami barulah menuju TN Baluran. Akses menuju TN Baluran ini cukup mudah, hanya mengikuti jalan lurus dari Situbondo-Banyuwangi. Di perjalanan, banyak sekali ditemui Monyet dkk di pinggir jalan. Tak luput pula, karena termasuk jalur pantura, banyak sekali truk-truk yang melewati jalur ini.
Sesampainya di TN Baluran, yaitu di desa Batangan, Kec.Banyuputih, kami melapor terlebih dahulu kepada petugas dan membeli tiket terlebih dahulu. Saya masih teringat kata-kata dari salah satu teman saya (tapi lupa sapa yang ngomong), "Murah banget ya tiketnya di TN Baluran, tak pikir kayak Taman Safari yang hampir puluhan ribu". Sebagai orang pribumi asli situbondo, antara senang dan tidak bisa diomongin seperti itu. Namun, karena kondisinya sekarang adalah Mahasiswa, jadinya beruntung sekali dapat liburan murah meriah seperti ini ^_^. Oh iya lupa, tiket masuk ke TN Baluran (khusu Pelajar/Mahasiswa) cukup membayar Rp.1250/orang dan tiket parkir mobil Rp.6000/mobil. Sayang sekali, perjalanan kali ini tidak ada agenda foto di depan pintu masuk/gerbang TN Baluran, alhasil ini gambar gak ada orangnya.
| Pintu Masuk TN Baluran |
Mobil berjalan pelan-pelan serambi menikmati pemandangan alam di kanan kiri. Di awal perjalanan kami disuguhi biawak yang melintas jalan, rusa dan anaknya yang sedang makan. Kondisi jalan yang rusak (bisa dibilang bukan aspal, karena jalan tidak rata dan berbatu meskipun terkadang ada sedikit jalan aspal) tidak menyurutkan kegembiraan kami melihat hewan-hewan di sekitar. Burung-burung terlihat melintas dari satu pohon ke satu pohon lain, plus ditambahi dengan keindahan sayap kupu-kupu yang mengiringi perjalanan kami (dimana saat ini kupu-kupu sudah jarang terlihat di kota, apalagi di Surabaya).
Kami melewati jalan yang bernama Evergreen , suatu daerah di Baluran yang selalu hijau. Dan tak lama dari tempat itu, sampailah kami di Bekol (katanya sih, pusat pariwisata di Baluran, karena di Bekol ini kita bisa menentukan wisata mana yang akan kita pilih) sekita 12 km dari pintu masuk. Nih, ada rutenya...
| Peta Ekowisata Taman Nasional Baluran |
Puas berfoto-foto di menara, kami turun ke pos Bekol. FYI, di pos bekol ini disediakan penginapan bagi yang ingin bermalam. Tempatnya bersih dan rapi plus MURAH (sekitar Rp.150.000 / hari), hanya saja di sini listrik sangat terbatas karena hanya bergantung pada PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Suraya) dan Generator Diesel untuk digunakan pada malam hari. Selain dai Bekol ini, penginapan juga bisa didapatkan di Pantai Bama.
Pantai Bama berjarak 3 km dari pos bekol. Jalanan dari Bekol lumayan bagus timbang jalanan dari pos Batangan (pintu masuk) ke pos bekol. Kira-kira dalam ratusan meter dari pos Bekol, kami sampai di savana Bekol (sayangnya karena masih di musim panas, savana terlihat gersang). Untuk kali ini, kami menikmati pemandangan savana dari dalam mobil dikarenakn cuaca yang begitu amat sangat panas (tepat jam 12 siang). Sebenernya di savana ini juga terdapat menara pengawas lagi, yang dinamakan tower Tengah. Dari sana, menurut informasi, kita bisa melihat berbagai satwa yang ada dengan lebih jelas, seperti banteng dan rusa serta aneka macam burung. Akan tetapi karena alasan cuaca yang amat sangat panas itu (maklumlah, dari 15 orang, 8 orang diantaranya adalah cewek, takut hitam. hahaha), kami tidak sempat mampir. Perjalanan dilanjutkan ke pantai Bama.
Di perjalanan menuju Bama ini, banyak sekali monyet yang berkeliaran. Jendela mobil yang awalnya terbuka untuk menikmati udara segar Baluran, segera kami tutup karena takut ada serangan monyet secara tiba-tiba. ahhaha. Soalnya dari semua sumber yang ada dan berdasrakan pengalaman pribadi, Monyet disini lebih buas dari Buaya darat. hahaha
Akhirnya sampailah kami di pantai Bama. Sepi, tapi indah dan bersih. Di pantai bama ini banyak sekali yang bisa kita lakukan selain menikmati keindahan pantainya. Disana kita bisa snorkeling, naik perahu yang dilengkapi dengan bottom glass untuk menikmati keindahan terumbu karand dan ikan disekitarnya, berenang, outbond, main voli pantai, tracking dan berkano, untuk Diving (katanya) akan ada tahun depan.
Patut diketahui, di pantai Bama ini hati-hati ketika akan membawa barang, terutama makanan di sekitar pantai. Secara tiba-tiba serangan dari sekumpulan monyet bisa membuat jantung deg-degan. hahahaa. Kalau ini bukan parno lagi, namun kenyataan yang tak bisa dihindari. Ada sedikit cerita unik di sekitar pantai Bama.
Biasanya, monyet atau hewan pasti diliatin sama manusia kalau mereka lagi makan. Nah ini, malah monyet yang melihat manusia makan. Dan parahnya lagi, para manusia-manusia ini makannya di tengah pantai. Nih buktinya...
Alkisah, ada 2 orang cowok sedang membawa keranjang makanan. Dalam perjalan dari mobil menuju TKP, salah seorang cowok, sebut saja namanya Ganda (tanpa rekayasa, ini nama asli, loh.. hhaaa), sudah memiliki firasat bahwa dia diikuti oleh beberapa ekor monyet. Padahl sebelumnya, menurut AKL (analisa kondisi lingkungan) yang telah kami pelajari di LKMM Pra-TD.. hussshh.. opo maneh iki... tempat ini merupakan tempat yang paling aman dari serangan monyet, karena amat sangat sepi dan daerahnya berbatu. Namun apa dikata, ternyata penciuman dari monyet lebih tajam timbang analisa kami. hahahaa, alhasil praktek AKL gagal diterapkan disini. Lanjut ke kisahnya...
Dengan keadaan yang cukup santai, menganggap suatu firasat hanyalah sebuah firasat yang tak pernah terjadi, alhasil cowok itu, ganda dan sebut saja cowok satunya lagi adalah Hak, berhasil membawa keranjang makanan ke TKP. Belum sampai puluhan menit keranjang menginjakkan diri di lahan pantai.. tiba-tiba muncul serangan dari depan, yaitu seekor monyet. Buruknya lagi, monyet tersebut berhasil merebut sebuah telur setelah mengacak-acak keranjang dan melawan Ganda. Sekiranya kalau di tempat itu ada acara penghargaan, mungkin dari kami berlima belas, hanya si Ganda yang berhasil mendapatkannya. Hahaaaaa
Dan terjadilah sesuatu yang ekstrim. Menurut salah satu anggota, lupa sapa yang memberikan ide, alhasil diputuskan untuk makan siang di tengah pantai, yaitu di bebatuan seperti foto diatas itu tuh. Berdasarkan pengalaman nonton acara Kera Sakti, dia takut terhadap air, akhirnya diaplikasikanlah materi itu di tempat ini dan ternyata Berhasil !!!!! Ternyata, baru sadar kalau kali ini menonton TV juga ada gunanya.. ahhahaa
Kembali ke paket wisata....
Patut diketahui pula, di sebelah timur pantai Bama ini juga terdapat hutan mangrove. Selain berfungsi sebagaimana mestinya, tempat ini juga biasanya difungsikan sebagai tempat memancing yang paling aman di tempat ini. Karena tidak ada seekor pun monyet bergelanjungan dan jalan-jalan di tempat ini. Perbedaan antara mangrove disini dan di Surabaya terlihat amat sangat jelas (sedikit saja sih, bandingin sama disini.. heee). Di sini banyak sekali kupu-kupu yang terbang mengikuti perjalanan kami, sekumpulan ikan berenang bersama, nyanyian burung yang begitu kencang, dedaunan yang hijau plus kita juga bisa turun menikmati air laut bersama sekumpulan ikan.
Setelah usai menikmati pantai bama dan mangrove serta berjuang melawan si Kera dan sekumpulannya, akhirnya perjalanan kami akhiri disini. Tepat ketika sunsite hampir muncul kami langsung meluncur menuju Savana.
Sampainya di Savana, kami langsung turun menikmati hiasan padang rumput di kanan-kiri (meskipun dalam kondisi kering) plus tak lupa juga acara foto-foto dengan si Canon. Latar belakang Gunung Baluran terlihat sangat indah dengan hamparan savana di bawahnya. Sayang sekali saat itu puncaknya tertutup awan. Tapi kami cukup menikmati foto tersebut dengan riang gembira, hahaha. Sayangnya yang mengabadikan foto disini hanya kami, angkatan 2009 (aku, ewing, ola, fendi, fauzi, devi, sustia dan nibras). Ini dia fotonya...
Momen sore hari ini memang merupakan momen yang paling tepat dan tak bisa dilupakan oleh kami. Disini kami melihat pemandangan dari Burung Merak di tengah hamparan savana yang cukup luas, plus sekumpulan Rusa. Dikarenakan resolusi lensa kamera yang kurang memenuhi kriteria pengambilan gambar.. alhasil gambar yang didapat hanyalan seperti ini (meraknya ada di tengah tuh.. heee *semoga keliatan*).
Kami pulang setelah menikmati momen-momen itu. Meninggalkan sejuta pemandangan indah Pantai Bama, Mangrove, Savana, Bekol, Menara Pengawas dan kawan-kawannya. Suatu saat, TN Baluran ini harus dikunjungi lagi. Menjelajahi tempat-tempat yang belum sempat kami datangi dalam kurun waktu sehari yang singkat itu. Mendaki gunung baluran, menyusuri tepian pantai, mengamati burung dan satwa lain dengan seksama dan saat itu yang belum menampakkan dirinya adalah si Banteng. Masih banyak satwa-satwa yang belum saya lihat di Baluran. Banteng Jawa (yang katanya satu-satunya yang masih ada di pulau Jawa ini), Banteng Air dan Macan Tutul, semoga suatu saat nanti bisa diberi kesempatan untuk menikmati Baluran ini lagi.
*Back to topic.. Sudah dapat khan kenapa Taman Nasional Baluran dinamakan Africa van java... kalau yang belum kayaknya lebih tepat kalau main-main kesini.. Tidak mahal kok, total biaya dari Surabaya ke TN Baluran hingga balik ke Surabaya lagi ini, cukup merogok kocek sebesar Rp.100.000 dijamin PUAS !!! hahaaa
Perjalanan pulang ini diganggu oleh rasa kantuk yang menyerang seluruh anggota tim, termasuk saya dan si pengemudi. Untunglah rasa kantuk bisa tertahan hingga sampai di Rumah saya dengan selamat. Alhamdulillah.
Rasa lapar mulai melanda dicampur dengan rasa kantuk plus bumbu kebahagiaan yang terpancar dari wajah anggota tim. Dan direncakan di malam hari, kami menikmati kuliner di desa saya, Asembagus, yaitu makan Nasi Sodu.
Keesokan paginya kami kembali ke Surabaya. Selain menikmati baluran, di luar dugaan kami berhenti untuk menikmati pantai Pasir Putih Situbondo sambil menikmati pantai, terumbu karang, kapal dan makan siang di pinggir pantai. Sesampainya di Surabaya, kami langsung pulang menuju kosan masing-masing dan siap menyambut hari Senin yang cerah (karna minggu malam kami sampai di Surabaya).
SELESAI
Keindahan alam merupakan salah satu karunia tuhan untuk manusia yang sangat patut untuk disyukuri keberadaannya.
Inilah INDONESIA-ku.... Tanah dengan Sejuta Keunikan dan Keindahan Alamnya...
Ps :
More info:
Informasi lengkap tentang Taman Nasional Baluran, tentang sejarah, letak, akses, keadaan cuaca, dan lain sebagainya bisa dilihat disini http://balurannationalpark.web.id
Informasi lengkap tentang Taman Nasional Baluran, tentang sejarah, letak, akses, keadaan cuaca, dan lain sebagainya bisa dilihat disini http://balurannationalpark.web.id







1 komentar:
Bisa nulis juga yah ternyata. Hahaha...
Yang ide makan di tengah laut itu Ewing.. :)
Eregen apanya Eragon?
Post a Comment